Jumat, 11 Maret 2011

Kliping Sejarah Perkembangan Musik Indonesia

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas bimbingan dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya.
Modul ini di susun berdasarkan
pengetahuan dari media massa yang saya
baca, yang berkaitan dengan “Seni
Budaya”. Modul ini dapat dijadikan bahan
untuk membaca dan mengembangkan seni
dan budaya.
Sebagai bentuk upaya partisipasi dalam
rangka mewujudkan tujuan di atas, kami
berupaya menyusun Modul ini sebagai
acuan kegiatan belajar dan keterampilan
yang kami pilih dari materi tersebut guna
melengkapi sarana belajar bagi kita.
Dalam penyusunan modul ini tidak terlepas
dari peran serta berbagai pihak yang telah
memberikan saran maupun masukan-
masukan guna penyempurnaan Modul ini.
Untuk itu saya mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya.
Akhir kata, perkenankanlah kami mengutip
pepatah lama yang berbunyi ”Tak ada
gading yang tak retak, tak ada mawar yang
tak berduri ” kami sadar sepenuhnya
bahwa Kliping ini masih banyak
kekurangan.oleh karena itu, kami minta
maaf yang sebesar-besarnya.
Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar isi ii
Pembahasan
A. Jaman Pra sejarah 1
a. Imigrasi pra melayu 2
b. Imigrasi Proto Melayu 2
B. Jaman Sejarah 4
C. Jaman Modern / Masa Kini 7
1. Musik Daerah 9
2. Musik Keroncong 9
3. Musik Dangdut 10
4. Musik Perjuangan 10
5. Musik Populer (Pop) 10
Penutup 11
Daftar Pustaka 12
SEJARAH PERKEMBANGAN MUSIK INDONESIA
Prasejarah Musik Indonesia sejak ribuan
tahun yang lalu ternyata perkembangan
musik Indonesia sudah ada, sehingga
musik itu dikatakan telah melampaui batas
bahasa, kebudayaan bahkan agama. Bagi
orang barat, India sering disamakan
dengan Indonesia. Mereka menyebut India
dengan Indie (Nedherland-Oost) yang
maksudnya Indonesia.
Anggapan semacam itu mengakibatkan
kekayaan alat seni maupun kesenian di
Indonesia tidak diperhitungkan oleh
bangsa lain, terutama waktu penjajahan
Belanda masih bercokol di bumi Indonesia.
Khasanah seni di Indonesia adalah sangat
kaya dan bermutu tinggi dan dapat
disejajarkan dengan seni klasik di negeri
yang berkembang.
A. Jaman Prasejarah (sebelum abab 1
Masehi)
Ternyata prasejarah Indonesia belum
banyak diteliti dengan kata lain diselidiki
oleh para arkeolog , sejarawan atau yang
lain. Padahal justru waktu antara tahun
kira-kira 2500 Sebelum Masehi dan abad
ke-1 Masehi menemukan perkembangan
kebudayaan termasuk musik sampai saat
ini.
Menurut Alec Robertson dan Denis Stevens
(penulis buku Geschichte der Musik 1 dari
Munchen, Germany), pada jaman
Mesolitikum kira-kira tahun 5000 Sebelum
Masehi di Asia Tenggara terdapat 3 ras
besar: orang Australide (penduduk asli),
orang Melanesia (berasal dari Asia Tengah)
dan orang Negrito (mungkin dari India).
Lapisan bawah ini di tumpangi lapisan baru
dengan dua arus imigrasi besar :
1. Imigrasi Pra-Melayu
Antara tahun 2500 dan 1500 Sebelum
Masehi kiranya terjadi suatu perpindahan
bangsa dari Asia Tengah ke Asia Tenggara.
Dalam perjalanannya mereka mengutip
juga unsur dari Kaukasus dan Mongolia.
Mereka membawa serta kebudayaan
bambu serta teknik pengolahan lading.
Terutama di Annam (Cina Selatan) mereka
memperkenalkan semacam lagu pantun
dimana putra dan putri bernyanyi dengan
cara sahut menyahut.
Mereka memakai sebuah alat tiup bernama
Khen terdiri dari 6 batang bambu yang
ditiup bersama dalam kelompok d atau 3
nada. Alat ini dikenal pula di CinaSheng dan
di Kalimantan dengan nama Kledi. dengan
nama
Alat ini hanya merupakan salah satu alat
dari sejumlah besar alat musik bambu yang
sampai sekarang terdapat di Asia Tenggara.
Sejumlah batang bambu dengan ukuran
yang berbeda-beda di tanam di tanah.
Tiupan angin menimbulkan bunyi bagaikan
Kledi raksasa yang cukup indah (terdapat di
Bali sampai sekarang).
Alat musik bambu lain seperti suling,
angklung dan lain sebagainya. Telah
mengalami suatu proses perkembangan
pada waktu kemudian. Seperti xylofonAsia
Tenggara dalam bentuk berbeda-beda:
sebagai ’tatung’ di Annam,
‘rangnat’ di Kamboja, ‘ranat’ di
Thailand, ‘pattalar’ di Birma,
‘gambang’ di Jawa, ‘kolintang’ di
Sulawesi dan Kalimantan. Xylofon malah
diekspor dari Asia Tenggara ke Afrika pada
abad 5 Masehi. yang tersebar diseluruh
2. Imigrasi Proto-Melayu pada jaman
perunggu (abad 4 Sebelum Masehi)
Menurut para ahli sejarah terjadi lagi suatu
gelombang imigrasi ke Indonesia di sekitar
abad 4 Sebelum Masehi berpangkal dari
suatu daerah Cina SelatanAnnam. Menurut
R. von Heine-Geldern perpindahan suku-
suku dari daerah tersebut lewat Kamboja,
Laos, Thailand, Malaysia ke Indonesia dan
berjalan terus ke Filipina, Melanesia dan
Polynesia. Hal ini dibuktikan pula oleh P.
Wilhelm Schmidt (1868-1954) yang
menemukan bahwa para penduduk
Indonesia, Melanesia dan Polynesia
berdasarkan satu bahasa yang sama (yang
memang kemudian berkembang sendiri-
sendiri). Teori ini pada jaman sekarang
didukung oleh hampir semua ahli sejarah.
bernama
Karena ini terjadi pada zaman perunggu
maka kedatangan mereka mempengaruhi
juga kebudayaan musik.
Diperkirakan bahwa gong-gong pertama
berasal pula dari Asia Selatan, karena di
dekat Annam, pada tahun 1930-an
ditemukan banyak sekali alat dari
perunggu, sehingga terbukti bahwa dari
sinilah kebudayaan perunggu tersebar
tidak hanya ke Indonesia tetapi ke seluruh
Asia Tenggara.
Maka kebudayaan ini juga disebut
“ kebudayaan Dong-son”. Kebudayaan
ini berlangsung dari abad 7-1 Sebelum
Masehi dan mencapai puncaknya pada abad
3-2 Sebelum Masehi.
Bagaimana dengan musik dalam
kebudayaan Dong-son? Kita tidak tahu apa-
apa tentang musik mereka. Diperkirakan
bahwa gong mereka berukuran besar,
maka musiknya berat.
Menurut ahli sejarah tertentu tangga nada
Pelog ikut dibawa ke Indonesia oleh
kelompok Proto-Melayu. Menurut Alec
Robertson dan Denis StevensPelog mula-
mula tersebar di seluruh Asia Tenggara,
namun kemudian terutama dipelihara di
Jawa dan Bali. Karena tidak ada catatan
maka tidak dapat diketahui teori musik
yang melatarbelakangi tangga nada yang
unik ini. tangga nada
Gong-gong yang dibawa oleh Proto-Melayu
dari Cina Selatan ke IndonesiaJawa. Rupa-
rupanya mula-mula dipakai untuk upacara
mendatangkan hujan secara magig
(mistik). ternyata ditemukan dalam
penggalian di
Pengaruh dari kebudayaan Dong-son ke
Indonesia tidak berarti bahwa di Indonesia
waktu itu tidak terdapat kebudayaan
sendiri, tetapi terjadilah suatu
perkembangan : benda-benda dari
perunggu dan besi yang masuk
“kasalisator”: meski sebelumnya di
Indonesia diperkirakan tidak ada perunggu
(timah dan kuningan), namun kemudian
terbukti bahwa orang Jawa waktu abad-
abad pertama Masehi menjadi ahli dalam
hal mengolah logam, terutama perunggu.
B. Jaman Sejarah (Hindu-abad 4-12)
Suatu ‘revolusi’ terjadi pada abad 1
Sebelum Masehi di waktu dibuat kapal
besar-besar di teluk PersiaLaut Cina. Maka
lalu lintas ke Indonesia pun menjadi
intensif (sebelumnya diperkirakan lalu
lintas terjadi terutama lewat daratan).
Terutama pedagang India mendatangi
daerah-daerah Indonesia sejak abad 2 dan
3 Masehi untuk perdagangan. Maka
pengaruh India di Indonesia dan tambah
besar, baik dari segi perdagangan dan
politik maupun agama dan kebudayaan.
Dari dokumen-dokumen dan penemuan
nampak bahwa agama Budha masuk
kepulauan IndonesiaSumatera pada awal
abad 7 Masehi dalam kerajaan Sriwijaya
dan kemudian di Jawa dengan kerajaan
Syailendra (750-850 Masehi). Pengaruh
kebudayaan India mencapai puncaknya dari
pertengahan abad 8 Masehi sampai abad
11 Masehi dimana fase kreativitas yang
sangat tinggi. Pada masa itu
berkembanglah kebudayaan Jawa berupa
musik dan tari, arsitektur dan seni rupa,
pada waktu itu dibangunlah Candi
Borobudur dan Candi PrambananIndonesia
dari masa lalu sampai sekarang. pada abad
4 Masehi. Mereka mendirikan pusatnya di
pulau yang menjadi kebanggaan bangsa
Selain tangga nada Pelog dipakai juga
tangga nada Slendro yang bentuk dan
rupanya diperkenalkan oleh Dinasti
Syailendra pada abad 8 Masehi. Menurut
cerita tangga nada ini ditemukan oleh
dewa Barata Endra atas petunjuk dewa
Shiva. Merurut teori, satu oktaf dibagi
dalam 5 interval yang sama (6/5 dari sekon
besar). Namun ternyata tidak selalu
demikian. Malah dalam penggalian di
JawaCina dan musik India. ditemukan alat-
alat kuno dengan tangga nada yang mirip
dengan tangga nada pentatonic (dengan
interval sekon-sekon dan terts kecil), sama
halnya dengan tangga nada
Perkembangan musik sangat dipengaruhi
oleh drama Hindu dalam bahasa Sansekerta
Ramayana. Drama ini diterjemakan dan
diolah bebas dalam banyak bahasa di Asia
Tenggara. Pementasan dari fragmen-
fragmen drama ini sangat disukai. Sesudah
abad 9 Masehi terdapat terjemahan dalam
bahasa Jawa dan paling sedikit sejak abad
11 Masehi dipentaskan di Jawa. Selain
Pementasan tari berkembanglah pula versi
wayang, suatu tradisi yang nampaknya
berasal dari jaman pra-Hindu.
Waktu orang Hindu datang ke Jawa, maka
mereka telah menemukan bermacam-
macam alat musik. Dalam relief pada
Borobudur terdapat alat musik local
maupun alat musik yang diimpor dari India
seperti gendamg, termasuk gendang dari
tanah dengan kulit hanya di satu sisi, kledi,
suling, angklung, alat tiup (semacam
hobo), xylofon (bentuknya setengah
gambang, setengah calung), sapeq, sitar
dan harpa dengan 10 dawai, lonceng dari
perunggu dalam macam-macam ukuran,
gong, saron, bonang. Tidak dapat disangkal
bahwa alat musik mula-mula dimainkan
menurut kebiasaan India.
Selain itu dari penggalian-penggalian di
Jawa Tengah telah ditemukan sejumlah
besar kumpulan bonang, nada-nada gender
dan saron, lonceng, gendang, gong-gong,
namun tidak jelas dari abad berapa. Tidak
semua alat musik tersebut di atas bertahan
di Jawa dalam perkembangan waktu
selanjutnya. Namun nampak bahwa alat
musik ini telah dipakai sebelum jaman
Hindu. Perlu diketahui bahwa musik
gamelan sebagai musik herefon dengan
pola ritme yang kaya, keindahannya
terletak justru dalam bunyi bersama dari
lagu dan irama yang saling melengkapi
menjadi satu ‘simfoni nada dan irama’.
Sedangkan musik India termasuk musik
solotis (vocal maupun instrumental)
meskipun dimainkan juga dalam ansambel
sebagai iringan. Namun aneka ragam alat
musik di India tidak digabungkan dalam
satu orkes, untuk memberi kebebasan pada
penyanyi dan pemain.
Bahwa seni musik sejak dulu di Jawa
mendapat suatu penghargaan tinggi, dapat
disimpulkan dari banyaknya gambar alat
musik dalam relief-relief dari jaman itu
serta dari naskah-naskah kuno yang rajin
menyebut nama alat musik dan
sebagainya. Jadi Gamelan sebagai orkes
mengalami suatu perkembangan alat
musik yang berasal dari India
diintergrasikan ke dalam musik tradisional
Jawa: gong-gong dalam macam-macam
bentuk dan ukuran, gambang ditambah
sejumlah alat lain yang sebagian
ditinggalkan dalam perkembangan jaman.
Bahwa terjadilah suatu perkembangan
musik gamelan (sampai sekarang)
membuktikan betapa tinggi musik ini
hingga tidak ada bandingnya di Negara lain
di Asia Tenggara.
Pada masa abad 11 pusat politik pindah
dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan
Kerajaan Airlangga yang berhasil
menaklukkan seluruh Jawa (1037), Setelah
itu dilanjutkan oleh kerajaan Singasari pada
abad 13. Wilayah kekuasaan sampai
Kerajaan Majapahit (didirikan oleh Raden
Wijaya dengan patihnya yang tersohor
Gajah Mada). Dengan patihnya Gajah Mada
pada tahun 1350-1389 merupakan puncak
kejayaan Majapahit dengan Pemerintahan
Hayam Wuruk. Seluruh kepulauan
(termasuk kerajaan Sriwijaya) masuk
dalam wilayah Nusantara (itu nama
wilayah kerajaan Majapahit di luar pulau
Jawa).
Maka tidak mengherankan bahwa pada
waktu itu pun gong yang di Jawa di bawa
ke seluruh Nusantara.
Namun itu tidak berarti bahwa semua
pulau memakai juga musik gamelan.
Meskipun tangga nada Pelog dikenal juga di
daerah lain, namun umumnya musik di luar
Jawa dan Bali mengikuti pola lain: ritmik
yang kaya serta melodic yang agak
sederhana berdasarkan tangga nada
pentatonic tanpa setengah nada
(pentatonic anhemitonis) adalah ciri
khasnya.
Pada akhir jaman Hindu gamelan sudah
lengkap seperti jaman sekarang. Hanya
satu alat belum ada: rebab. Meskipun
demikian, menurut Jaap Kunst belum tentu
semua alat dimainkan selalu bersama-
sama. Mungkin sekali terdapat suatu
ansambel dengan alat musik lembut yang
terutama dipakai di dalam ruang dengan
gender, gambang dan suling.
Selain itu terdapat ansambel dengan alat
musik keras dengan gendang, cymbal (di
Jawa sudah tidak ada), macam-macam
gong yang dipakai terutama diluar gedung
untuk pesta dan pawai. Ansambel alat yang
keras seperti di Jawa terdapat terdapat
pula di pulau-pulau lain misalnya di Nias
dan Flores Barat.
Gamelan Munggang, ansambel orkes
gamelan tertua, ternyata merupakan
ansambel macam ini juga.
Menurur Kurst, kedua ansambel baru
digabung menjadi satu orkes gamelan
sesudah jaman Hindu.
Dan inipun terjadi dalam perkembangan
waktu.
1389 – 1520 merupakan jaman
kemunduran dan kehancuran kerajaan
Majapahit. Sementara itu di Malaka terjadi
perkembangan kerajaan-kerajaan Islam
yang berkuasa sampai Sumetera.
1511 Malaka direbut Portugis dan masuk
pula ke Kepulauan Maluku(1522).
Sementara itu di Jawakerajaan Demak,
Kerajaan Islam (1500-1546). berdiri
Kesultanan Demak menguasai seluruh Jawa
dan sebagian besar kepulauan di luar Jawa.
Bersama dengan agama Islam masuk ke
Indonesia pula alat musik Arab: misalnya
rebana, rebab, gambus.
Namun alat musik ini berkembang di
Indonesia : berbedalah bentuk dan cara
bermain rebab: di Jawa,Bali, Sulsel, Sumba
(di Sumba rebab ini disebut ‘dunggak
roro’) dengan dua dawai; di Sumatera,
Kalimantan, Sulut dan Maluku dengan satu
dawai; di Aceh dengan tiga dawai.
Berbedalah pula nama rebana: terbang,
trebang, robana, rabana. Sedangkan
gambus {sejenis gitar/mandolin) biasanya
dilengkapi dengan alat seperti biola,
akordeon, gendang, seruling, bas menjadi
orkes gambus. Dengan kata lain: alat musik
ini mengalami suatu proses
pengintegrasian ke dalam tradisi musik
Indonesia.
C. Jaman Modern / Masa Kini
Banyak tema legu dalam bermusik.
Sehingga karya para musisi terdahulu
masih enak dan layak di perkembangan
dunia musik modern yang semakin
meningkat telah merambah berbagai aspek
kehidupan masyarakat serta
berkesinambungan dari generasi ke
generasi sehingga telah menghasilkan
begitu banyak karya yang patut di
banggakan. Pesatnya kemajuan industri
musik di tanah air pada saat ini di imbangi
dengan banyak bermunculannya insan –
insan musik yang mendatangkan angin
segar bagi industri tersebut. Seperti halnya
dunia film, dunia musik juga mempunyai
pasar serta penggemar yang banyak
dengan aliran musik yang di anutnya, maka
berlombalah grup grup musik, duo,
maupun solo untuk meniru. Dengan
banyak bermunculannya pendatang baru di
dunia musik, maka banyak pula karya-
karyaserya penghargaan –
penghargaantentang musik yang sudah di
hasilkan. Untuk mengantisipasi hal
tersebut perlu ditingkatkan
dandikembangkan bakat generasi muda
Indonesia di bidang musik, khususnya
mengenai sejarah, perkembangan serta
pengetahuan tentang dunia musik yang
sifatnya universal tersebut. Selain itu
mereka juga diharapkanmampu untuk
memperkenalkan karya – karyake kancah
nasional maupun internasional, sebagai hal
yang patutdibanggakan, dikembangkan,
dipertahankan serta di
lstarikankeberadaannya. Mengingat untuk
perkembangan dunia musik modern itu
sendiri di Indonesia belum ada wadah yang
dapat memberi informasi yang akurat
tentang segala hal tentang dunia musik
moderndi Indonesia. Sedangkan fasilitas
untuk mleakukan pelestarian terhadap
karya- karya serta penghargaan musik
tersebut belum benar – benar ada. Oleh
karena itu diharapkan adanya suatu wadah
yang dapat menampung karya,
penghargaan, minat serta aspirasi yang
dapat meningkatkan informasi dan
pengetahuan tentang musik modern yang
merupakan salah satu warisan khasanah
budaya Indonesia.
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan
atas musik tradisi, musik keroncong, musik
dangdut, musik perjuangan, dan musik
pop.
Seiring dengan masuknya media elektronik
ke Indonesia,masuk pula berbagai jenis
musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock,
R&B dan musik- musik negeri India yang
banyak diperkenalakan melalui film-
filmnya. Dari perkembangan ini, terjadilah
perpaduan musik asing dengan musik
Indonesia. Musik India juga berpadu
dengan musik melayu yang kemudian
menghasilkan jenis musik dangdut. Maka,
muncullah berbagai musisi Indonesia yang
beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B.
Berkembang pula jenis musik yang
memadukan unsur kedaerahan Indonesia
dengan unsur musik barat, terutama alat-
alat musiknya. Jenis musik ini sering
disebut musik etnis.
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan
atas musik tradisi, musik keroncong, musik
dangdut, musik perjuangan, dan musik
pop.
1. Musik Daerah/Tradisional
Ciri khas jenis musik ini terletak pada isi
lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik
tradisi memiliki karakteristik khas, yaitu
syair dan melodinya menggunakan bahasa
dan gaya daerah setempat. Seni tradisi
yang merupakan identitas, jati diri, media
ekspresi dari masyarakat pendukungnya.
Musik jenis ini terdiri dari :
1. Instrumen Musik Perkusi.
Antara lain : Gamelan, Talempong,
Kulintang, Arumba dan Kendang.
2. Instrumen Musik Petik
Antara lain : Kecapi, Sasando dan Sampek.
3. Instrument Musik Gesek
Antara lain : Rebab dan Ohyan.
4. Instrument Musik Tiup
Antara lain : Suling, Saluang, Serunai, dan
Serompet atau Tarompet.
2. Musik Keroncong
Ciri musik jenis ini adalah pada harmoni
musik dan improvisasi yang sangat
terbatas. Umumnya lagu-lagunya memiliki
bentuk dan susunan yang sama. Syair-
syairnya terdiri atas beberapa kalimat
(umumnya 7 kalimat) yang diselingi
dengan permainan alat musik.
3. Musik Dangdut
Ciri khas musik ini terletak pada pukulan
alat musik tabla (sejenis alat musik perkusi
yang menghasilkan bunyi ndut) dan
iramanya yang ringan, sehingga
mendorong penyanyi dan pendengarnya
untuk mengerakkan anggota badannya.
4. Musik Perjuangan
Ciri khas dari musik ini terletak pada syair-
syairnya yang umumnya berisi ajakan
untuk berjuang, ajakan untuk berkorban
demi tanah air, dan sejenisnya. Irama
musiknya cepat dan semangat, serta
diakhiri dengan semarak.
5. Musik Populer (pop)
Musik ini memiliki ciri, dalam penggunaan
ritme yang terasa bebas dengan
mengutamakan permainan drum dan gitar
bas. Biasanya, para musisinya juga
menambahkan variasi gaya yang beraneka
ragam untuk menambah daya tarik dan
penghayatan pendengar atau penikmatnya.
Musik pop dibedakan menjadi musik pop
anak- anak dan musik pop dewasa.
PENUTUP
Musik nusantara adalah seluruh musik yang
berkembang di nusantara, yang
menunjukkan ciri keindonesiaan. Musik
memiliki fungsi sebagai sarana atau media
ritual, media hiburan media ekspresi diri,
media komunikasi, pengiring tari, dan
sarana ekonomi. Ragam musik nusantara
yang berkembang dapat dibedakan
menjadi musik tradisi, musik keroncong,
musik dangdut, musik perjuangan, dan
musik pop.
Deikianlah Modul yang sederhana ini saya
buat untuk memenuhi syarat pembelajaran
di sekolah dan untuk para siswa-siswi yang
mudah-mudahan dijadikan sebagai satu
inspirasi bagi kita semua untuk
meningkatkan semangat kita dalam
belajar.
Apabila ada kesalahan dan kekurangan baik
isi dan pengungkapannya kami mohon
dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya,
kritik dan saran juga kami harapkan dari
para penyimak dan pembaca agar kami
bisa membuat yang jauh lebih baik lagi dari
sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar jika sobat masih bingung, Komentar Sobat akan sangat berguna demi masa depan blog ini.
Ada bisnis hangat nih DISINI
PTC 1 hari langsun PO dan seterusnya, request PO gak ada 1 detik langsung masuk akun paypal/alertpay

Atau DISINI PTC bayaran tinggi, PO langsung masuk akun paypal/alertpay
KLIK DISINI UNTUK MENDOWNLOAD FILENYA 'NYA